Table of Contents
Seorang Visioner yang Terlupakan Kini Menjadi Ikon Seni Abstrak
Pada Februari 2013, Moderna Museet—museum seni modern ternama di Stockholm—membuka sebuah pameran revolusioner berjudul “Hilma af Klint: A Pioneer of Abstraction.” Pameran ini memperkenalkan kepada dunia sosok pelukis Swedia yang lama terlupakan, namun karyanya dalam seni abstrak justru lebih awal muncul dibandingkan seniman besar seperti Wassily Kandinsky, Piet Mondrian, dan Kazimir Malevich.
Af Klint bukan hanya seorang seniman—dia juga seorang mistikus, spiritualis, dan pemikir yang jauh melampaui zamannya. Lukisan-lukisannya yang berskala besar dan non-figuratif, yang dibuat pada awal abad ke-20, menantang narasi konvensional tentang asal-usul seni abstrak. Pameran ini menjadi fenomena budaya, memecahkan rekor pengunjung di Stockholm dan kemudian memikat lebih dari satu juta pengunjung di seluruh Eropa.
Kini, Hilma af Klint dikenal sebagai sensasi seni global dan menjadi ekspor budaya paling terkenal dari Swedia—sebuah kebangkitan luar biasa bagi seseorang yang karyanya nyaris tidak pernah dipamerkan semasa hidupnya.
Menemukan Kembali Warisan Seni Hilma af Klint
Kebangkitan nama Hilma af Klint di abad ke-21 benar-benar luar biasa. Sejak tahun 2013, minat publik terhadap hidup dan karyanya meningkat drastis. Kisahnya telah menginspirasi:
- Film layar lebar (Hilma) karya Lasse Hallström
- Biografi definitif oleh sejarawan seni Jerman Julia Voss
- Dua opera dan sebuah buku cerita anak
- Novel sejarah (The Friday Night Club)
- Novel grafis (The Five Lives of Hilma af Klint)
- Instalasi virtual reality dan penjualan NFT, bahkan didukung oleh Pharrell Williams
Poster murah karya-karyanya kini beredar luas di internet, dan lukisan-lukisannya memicu diskusi tak hanya soal sejarah seni, tetapi juga tentang feminisme, spiritualitas, queer, dan eksplorasi metafisik.
“Ada jutaan seniman muda yang mengaguminya,” kata Daniel Birnbaum, mantan direktur Moderna Museet. “Bisa dibilang sekarang ada ‘mazhab Hilma af Klint.’”
Sukses Tur Internasional: Dari Eropa ke Asia
Sejak pameran penting pada 2013 itu, karya af Klint nyaris tak pernah berhenti dipamerkan. Pameran tersebut menjelajah ke berbagai negara Eropa—termasuk Denmark, Norwegia, Jerman, Estonia, dan Spanyol—sebelum akhirnya tampil gemilang di New York pada tahun 2018.
Pameran bertajuk “Hilma af Klint: Paintings for the Future” di Museum Guggenheim memenuhi ruang rotunda museum tersebut dan menarik jumlah pengunjung yang memecahkan rekor, sekaligus menegaskan status af Klint sebagai ikon seni abstrak global.
Kurator Tracey Bashkoff yang memimpin pameran di Guggenheim mengatakan, “Saya merasa bahwa gagasan kita tentang seni abstrak harus lebih luas daripada yang selama ini kita pikirkan.”
Pada 2023, pameran yang lebih besar lagi dibuka di Guggenheim Bilbao, menampilkan 220 karya. Musim semi ini, seni af Klint untuk pertama kalinya hadir di Asia melalui retrospektif besar di Museum Seni Modern Nasional Tokyo.
Artikel Lainnya : Pakar Seni Menemukan Kembali Lukisan Lavinia Fontana
MoMA Menyajikan Perspektif Baru: “What Stands Behind the Flowers”
Musim semi ini, Hilma af Klint juga melakukan debut solonya di Museum of Modern Art (MoMA) di New York. Pameran bertajuk “Hilma af Klint: What Stands Behind the Flowers” diambil dari kutipan dalam buku catatannya, menampilkan 46 gambar botani yang dibuat antara tahun 1919 hingga 1920.
Karya-karya ini menggabungkan observasi ilmiah dengan simbolisme spiritual yang abstrak—menunjukkan kemampuan af Klint untuk menyatukan alam, mistisisme, dan metafisika dalam satu kanvas. Sebagian besar gambar ini berasal dari koleksi pribadi dan belum pernah dipamerkan sebelumnya.
“Dia membuka berbagai narasi baru tentang abstraksi,” ujar Jodi Hauptman, kurator utama pameran. “Karyanya bersinggungan dengan spiritualitas alternatif dan dialog antara sains dengan jiwa.”
Dari Terlupakan Menjadi Terkenal: Sejarah yang Hampir Hilang
Meski produktif dan penuh terobosan, warisan af Klint nyaris hilang. Setelah wafat pada tahun 1944, karya-karyanya disimpan dan diabaikan oleh kritikus serta kurator, dianggap aneh dan tidak relevan.
Pada tahun 1986, ia sempat dimasukkan dalam pameran kelompok bertajuk “The Spiritual in Art” di Los Angeles County Museum of Art, berdampingan dengan Kandinsky dan Mondrian. Namun responsnya beragam—kritikus Hilton Kramer bahkan menyebut af Klint “bukan seniman sekelas mereka.”
Selama beberapa dekade, motivasi spiritual af Klint dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang atau konyol. Baru belakangan ini para peneliti mulai melihat catatan dan keyakinannya secara serius.
Warisan yang Diperebutkan: Siapa yang Berhak atas Visi Af Klint?
Seiring dengan ketenarannya yang mendunia, muncul pula kontroversi. Saat ini, Yayasan Hilma af Klint—yang didirikan pada 1972 untuk melindungi warisannya—berada di tengah konflik hukum dan filosofi. Perselisihan mengenai siapa yang berhak memamerkan, mengelola, dan meraih manfaat dari karya-karyanya telah menimbulkan ketegangan dalam dunia seni Swedia.
Di saat yang sama, penemuan baru berupa tulisan dan arsip memperluas pemahaman kita. Beberapa peneliti kini berpendapat bahwa af Klint tidak menciptakan karyanya seorang diri.
Apakah Hilma af Klint benar-benar seorang jenius tunggal? Ataukah kontribusi sekelompok perempuan spiritualis yang dikenal sebagai The Five juga patut diakui?
The Five: Persaudaraan Spiritual di Balik Karya
Pada akhir abad ke-19, af Klint terlibat aktif dalam komunitas spiritualis yang berkembang pesat di Swedia. Lahir pada 1862 dari keluarga bangsawan berlatar militer, ia dibesarkan di Stockholm dan menghabiskan musim panas di Pulau Adelso. Ketertarikannya pada mistisisme semakin dalam setelah kematian adik perempuannya, Hermina, pada tahun 1880.
Ia menempuh pendidikan di Akademi Seni Rupa Kerajaan Swedia—salah satu institusi pertama di Eropa yang menerima perempuan—dan lulus dengan predikat terhormat. Sambil melukis potret dan lanskap untuk mencari nafkah, af Klint mulai melakukan pemanggilan arwah dan mendalami keyakinan spiritual.
Pada 1896, ia dan sahabatnya Anna Cassel bergabung dalam kelompok spiritual Edelweiss Society. Bersama tiga perempuan lain—Sigrid Hedman, Mathilda Nilsson, dan Cornelia Cederberg—mereka membentuk kelompok The Five.
Kelompok ini rutin bertemu untuk melakukan praktik “automatic drawing” dan menulis pesan spiritual dalam buku catatan bersama. Karya-karya awal mereka yang bersifat eksperimental dan kolektif kelak mempengaruhi lukisan-lukisan solo af Klint.
Menurut biografer Julia Voss, roh-roh yang mereka kanal termasuk Ananda (terinspirasi murid Buddha) dan Gregor, seorang imam abad pertengahan yang digambarkan sedang berjuang melawan kekuatan gelap.
Kerangka Spiritual: Teosofi dan Antroposofi
Af Klint dan Cassel kemudian memeluk Teosofi, filosofi mistik yang menggabungkan tradisi Timur dan Barat. Setelahnya, mereka menjadi pengikut Rudolf Steiner, pemikir Austria yang mencetuskan Antroposofi—suatu bentuk spiritualitas ilmiah dengan nuansa Kristiani.
Af Klint mendokumentasikan pengalaman spiritualnya secara rinci, menghasilkan ribuan halaman tulisan tangan yang kini menjadi bahan penelitian berharga. Komitmennya terhadap eksplorasi spiritual membentuk baik bentuk maupun tujuan dari karyanya.
Menulis Ulang Sejarah Seni—Apa yang Akan Datang?
Karya Hilma af Klint—yang dahulu tersembunyi, kini diagungkan—bukan sekadar koreksi dalam sejarah seni. Ia adalah revolusi. Lukisan-lukisannya tidak hanya lebih awal dari seni abstrak modern, tetapi juga menawarkan cara baru dalam memandang seni: sebagai saluran mistik, jembatan antara spiritualitas dan sains.
Namun, seiring ketenarannya, muncul pula pertanyaan tentang keaslian, warisan, dan identitas. Apakah af Klint benar-benar satu-satunya pencipta dari mahakarya-mahakaryanya? Atau justru The Five layak mendapat pengakuan yang lebih besar? Bisakah institusi menjaga visi spiritualnya sembari mengomersialisasikan karyanya lewat NFT dan produk komersial?
Apa pun jawabannya, satu hal sudah pasti: Hilma af Klint bukan lagi nama yang dilupakan. Ia adalah kekuatan—yang telah dibangkitkan kembali, ditafsirkan ulang, dan dipuja. Dan warisannya masih terus berkembang.
Baca Juga : Hotel Ayata