Table of Contents
Warisan Abadi Sylvia Plath
Memahami Sylvia Plath sebagai seorang penulis bukanlah tugas yang mudah. Arsipnya yang luas tersebar di berbagai negara dan institusi, masing-masing dengan tingkat aksesibilitas yang berbeda. Mempelajari keseluruhan karya Plath membutuhkan bertahun-tahun penelitian dan perjalanan yang tekun. Meskipun penuh tantangan, Plath tetap menjadi salah satu penyair paling banyak dipelajari dan dirayakan pada abad ke-20.
Pengaruhnya terlihat tidak hanya di dunia sastra tetapi juga dalam meningkatnya pasar memorabilia Plath. Institusi akademik dan kolektor pribadi terus mencari barang-barang pribadi dan karya-karya yang belum dipublikasikan, memperkuat nilai abadi dari warisannya. Permintaan akan materi yang berhubungan dengan Plath semakin tinggi, dengan edisi langka dan artefak pribadinya mencapai harga luar biasa di lelang.
Pasar Memorabilia Sylvia Plath yang Meningkat
Dalam beberapa tahun terakhir, pasar artefak pribadi dan sastra Plath semakin berkembang. Rumah lelang telah melaporkan penjualan yang signifikan, menyoroti nilai budaya dan finansial dari karyanya. Pada tahun 2023, sebuah bukti cetak yang belum dikoreksi dari novelnya The Bell Jar, yang diterbitkan dengan nama samaran Victoria Lucas, terjual sekitar A$12.000. Pada tahun yang sama, edisi pertama buku tersebut yang ditandatangani oleh suaminya, Ted Hughes, terjual lebih dari A$30.000.
Permintaan akan materi Plath bukanlah hal baru. Pada tahun 2021, koleksi memorabilia Plath dan Hughes, yang sebelumnya dimiliki oleh putri mereka Frieda Hughes, terjual seharga US$1 juta. Demikian pula, pada tahun 2018, pelelangan barang-barang pribadi Plath menghasilkan ribuan dolar. Minat yang terus berlanjut terhadap karyanya dan barang-barang pribadinya menegaskan signifikansi sastra dan budaya dari warisan Plath.
The Collected Prose of Sylvia Plath: Publikasi Penting
Menambah kehadiran sastra Plath yang terus berkembang, The Collected Prose of Sylvia Plath, yang diedit oleh Peter K. Steinberg, akan menjadi peristiwa sastra yang besar. Dengan lebih dari 800 halaman, volume komprehensif ini menawarkan akses yang belum pernah ada sebelumnya ke prosa Plath, yang mencakup tahun 1940 hingga 1962.
Kehidupan Plath yang singkat—ia meninggal pada usia 30 tahun—dipenuhi dengan tulisan yang produktif, menjadikan koleksi ini sangat berharga. Disajikan dalam urutan kronologis, buku ini memungkinkan pembaca untuk menelusuri evolusi Plath sebagai seorang penulis, menampilkan pertumbuhan sastra dan eksplorasi tematisnya selama dua dekade.
Baca Juga : 5 Puisi Gelap
Dedikasi Seorang Editor terhadap Karya Sylvia Plath
Editor Peter K. Steinberg adalah salah satu otoritas utama dalam studi Plath. Sebagai peneliti yang berdedikasi, ia telah menghabiskan lebih dari 30 tahun mengumpulkan dan menganalisis karyanya. Blog Steinberg, Sylvia Plath Info, berfungsi sebagai sumber daya penting bagi akademisi dan pembaca umum.
Keahlian editorialnya tampak jelas dalam koleksi ini, di mana ia dengan hati-hati mengkurasi prosa Plath ke dalam tiga bagian utama: fiksi, nonfiksi, dan jurnalisme. Pendekatan yang terstruktur ini membuat buku lebih mudah diakses oleh pembaca, menawarkan kerangka kerja yang jelas untuk memahami berbagai gaya tulisan Plath. Selain itu, lampiran dalam buku ini mencakup fragmen cerita dari akhir 1940-an hingga awal 1960-an, serta Teenagers Can Shape the Future, sebuah esai singkat namun mendalam yang ditulis Plath pada tahun 1955.
Memetakan Perjalanan Sastra Plath
Salah satu fitur menonjol dari The Collected Prose of Sylvia Plath adalah kemampuannya untuk memetakan perkembangan Plath sebagai seorang penulis. Salah satu contoh kunci adalah evolusi Mary Ventura and the Ninth Kingdom. Awalnya berjudul Mary Ventura, cerita ini dikirimkan untuk kelas menulis pada awal 1950-an.
Steinberg menyertakan naskah dengan catatan dari Plath dan instruktur kelasnya, yang memberikan wawasan tentang sifat kritis dirinya sendiri. Di akhir catatannya, ia menulis, “Seperti biasa, saya tidak puas dengan hasilnya.” Kemudian dalam buku ini, versi cerita yang lebih berkembang muncul, menunjukkan bagaimana Plath menyempurnakan karyanya seiring waktu. Tingkat detail ini memungkinkan pembaca untuk mengeksplorasi nuansa proses kreatifnya dan lebih memahami keahliannya dalam sastra.
Mengungkap Cerita yang Belum Dipublikasikan
Pada tahun 1977, Johnny Panic and the Bible of Dreams memperkenalkan pembaca pada 13 cerita pendek Plath. Edisi selanjutnya memperluas jumlahnya menjadi lebih dari 30 karya. Namun, The Collected Prose of Sylvia Plath melangkah lebih jauh, menampilkan lebih dari 70 cerita pendek—lebih dari 50 di antaranya belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Bagian fiksi menjadi inti dari koleksi ini. Beberapa karya, seperti Venus in the Seventh dan Hill of Leopards, mungkin merupakan fragmen dari novel Plath yang belum selesai, Falcon Yard, yang diduga dibakar pada tahun 1962. Jika suatu hari ditemukan kembali, novel ini dapat memberikan wawasan revolusioner tentang kehidupan dan karier Plath.
Cerita-ceritanya mengeksplorasi tema feminisme, pemberdayaan, dan tantangan dalam menyeimbangkan aspirasi profesional dan pribadi. Perspektif unik Plath tentang feminisme gelombang kedua terlihat jelas saat ia menavigasi ketegangan antara menjadi seorang penulis, istri, dan ibu.
Tema Politik dan Sosial dalam Prosa Plath
Selain tema pribadi, tulisan Plath juga mencerminkan iklim politik pada masanya. Perang Dingin menjadi latar dalam banyak karyanya, terutama dalam Youth’s Plea for World Peace (1950), yang ditulis saat ia baru berusia 18 tahun.
Perang Dunia II juga memengaruhi karyanya, seperti yang terlihat dalam Superman and Paula Brown’s New Snowsuit (1954), yang dimulai dengan refleksi nostalgis tentang masa kecil sebelum berubah menjadi nada yang lebih serius. Demikian pula, dalam artikel surat kabarnya The Atomic Threat, Plath membahas potensi kehancuran akibat perang nuklir, menulis, “Bom atom bukan hanya senjata lain […] dalam perang dunia ketiga, bom atom kemungkinan besar akan digunakan sebagai senjata.”
Namun, tulisan Plath tidak hanya membahas bom dalam arti harfiah—ia juga mengeksplorasi “ledakan” emosional dalam hubungan manusia. Prosanya menangkap ketegangan dalam interaksi sehari-hari, pengamatannya tentang budaya, dan pandangannya yang tajam tentang kehidupan domestik. Seperti yang ia tulis dalam London Magazine (1961):
“Bagi saya, isu-isu nyata pada zaman kita adalah isu-isu sepanjang masa—rasa sakit dan keajaiban mencintai; menciptakan dalam segala bentuknya—anak-anak, roti, lukisan, bangunan; dan pelestarian kehidupan semua orang di semua tempat.”
Mengapa The Collected Prose of Sylvia Plath Penting untuk Dibaca
Dengan The Collected Prose of Sylvia Plath, pembaca mendapatkan kesempatan berharga untuk mengeksplorasi kedalaman dan keluasan bakat sastra Plath. Kemampuannya untuk menggabungkan penceritaan, kritik sosial, dan emosi mentah membuat karyanya tetap relevan hingga saat ini.
Penyuntingan teliti Steinberg memastikan bahwa koleksi ini berfungsi sebagai sumber akademik sekaligus bacaan menarik bagi para penggemar Plath. Baik Anda seorang akademisi yang mempelajari evolusi sastranya atau pembaca kasual yang baru mengenal prosanya, volume ini menawarkan wawasan langka ke dalam salah satu pikiran sastra paling berpengaruh abad ke-20.
Baca Juga : Review Interstellar